Popular Post

mouse

L Lawliet - Death Note

Archive for Januari 2017

kasus masalah sdm

By : Rizki Candra Irawan


Nama   : Rizki Candra Irawan
Kelas   : 3PA11
NPM   : 19514612



Masalah Organisasi
Kasus Hotel Unicorn
Hotel Unicorn adalah hotel bintang tiga yang berada di kota Surabaya, Jawa Timur. Hotel Unicorn memiliki 400 kamar yang terdiri dari kamar standart, deluxe, dan suite. Occupancy hotel tersebut cukup tinggi, rata-rata sekitar 70% setiap harinya, bahkan untuk waktu-waktu tertentu occupancy hotel tersebut mencapai 100%, sedangkan keuntungan bersih hotel tersebut, rata-rata mencapai Rp. 500 juta setiap bulannya. Namun dibalik semua itu, Hotel tersebut sangat tidak nyaman bagi karyawannya. Di Hotel tersebut, karyawan benarbenar dibuat frustasi oleh gaji yang kecil, makanan yang kurang layak untuk dimakan, serta perencanaan karir yang tidak jelas lantaran Direksi yang juga pemilik seringkali menurunkan jabatan seseorang, atau bahkan mengeluarkan seseorang hanya karena alasan pribadi. Seseorang yang menjabat sebagai seorang Asisten Manager, bisa jadi langsung diturunkan menjadi seorang staff Houseekeeping, lantaran berbuat kesalahan pada direksi hotel tersebut, namun, di sisi lain, seorang staff biasa pun dapat langsung melejit menjadi seorang Manager hanya dalam hitungan minggu apabila dekat dengan Direksi. Sementara itu, Human Resources Development Manager yang semestinya menjadi orang yang paling berwenang dalam mengelola Sumber Daya Manusia di Hotel itu justru menjadi macan ompong yang tidak dapat berbuat apa-apa, karena seluruh kebijakan di Hotel tersebut diintervensi oleh Direksi yang juga pemilik Hotel tersebut, termasuk kebijakan HRM. Di Hotel Unicorn, kebijakan HRM sangatlah parah, di sana, mayoritas karyawan masih berstatus daily worker (dibayar setiap kedatangan), serta sudah menjadi rahasia umum, kalau di Hotel tersebut, sangat dihindari untuk mengangkat karyawan tetap, paling bagus setelah 2 kali masa kontrak, karyawan tersebut dengan cara apapun berusaha untuk dikeluarkan, entah dipindah ke bagian yang dia tidak suka atau dicari-cari kesalahannya. Akibatnya, banyak orang-orang yang memiliki kompetensi serta integritas tinggi akhirnya memilih mengundurkan diri dari hotel tersebut. Selain itu banyak juga karyawan yang berkeluh kesah karena tidak jelasnya nasib mereka di Hotel tersebut, namun untuk keluar dari Hotel tersebut mereka juga tidak berani lantaran mayoritas dari mereka sudah tua dan memiliki keluarga, apalagi di jaman sekarang cukup sulit bagi seseorang untuk mencari pekerjaan. Berbagai hal sudah pernah ditempuh termasuk menempuh jalur ke instansi yang berwenang, namun semuanya berjalan buntu, karena direksi menggunakan paradigma “ Take it or leave it”,” apabila tidak puas dengan konsisi tersebut, anda dapat mengundurkan diri kapan saja, dan tentu saja tanpa pesangon , karena anda mengundurkan diri, bukan saya pecat.” begitu pernyataan direksi yang sering dilontarkan setiap ada karyawan yang merasa tidak puas dengan kondisi kerja di Hotel tersebut. Hal ini membuat karyawan, yang mayoritas berasal dari desa menjadi ciut nyalinya. Akhirnya diantara karyawan tersebut, ada golongan yang pasrah dengan keadaan tersebut dan bekerja ala kadarnya saja, ada golongan yang memilih mencari pekerjaan paruh waktu ataupun bisnis sambilan seperti membuka warung, ada golongan ekstrim yang seringkali memilih bersikap keras, sedangkan golongan yang memiliki motivasi dan integritas yang tinggi tidak pernah bertahan lama karena frustasi dan memilih mengundurkan diri. . Namun hal itu tidak membuat Direksi berubah, justru menurutnya, ketika system sudah kokoh, maka tidak masalah siapa yang memegang kendali, karyawan, dari level manapun boleh saja keluar masuk, namun sistem tetap berjalan, dan profit terus meningkat, begitu falsafah Direktur.

Analisa Kasus
Jika dilihat kasus diatas masuk kedalam kategori kasus msdm yaitu masalah organisasi, kebijakan yang dilakukan oleh direktur yang menurut saya sangat idealis dan sangat menekankan pada hubungan pribadi banyak merugikan orang-orang disekitarnya termasuk para karyawannya, keidealisannya yang terus mempertahankan pandangannya yaitu “take it or leave it” sangat membuat para karyawan tertekan oleh karena itu banyak dari mereka yang memilih keluar, mencari pekerjaan sampingan atau terus bekerja karena terpaksa. Selain itu direktur juga sangat menekankan pada hubungan pribadinya terhadap karyawannya, terlihat dari kasus diatas yaitu direktur tak akan segan segan menurunkan jabatan seseorang jika ia memiliki sedikit saja masalah terhadap orang itu, walaupun dia memiliki kompetensi yang tinggi, sebaliknya direktur akan menaikan pangkat seseorang jika orang tersebut sangat akrab padanya, walaupun kompetensinya biasa biasa saja. analisis saya soal kasus ini adalah, ketiddakberanian para karyawan untuk melakukan pemberontakan secara halus dan pandangan yang salah dari direktur akan membuat kondisi dari hotel tersebut menjadi tidak kondusif, hal yang harus dilakukan menurut analisis saya adalah dengan jalur musywarah dimana mempertemukan karyawan yang tidak menyukai pandangan direktur dan direktur, untuk mendapatkan jalan tengah yang sama sama menguntungkan kedua pihak, hal ini harus dilakukan karena bukan semata mata untuk kepentingan pribadi tetapi untuk kepentingan hotel unicorn itu sendiri.

Sumber :
http://www.slideshare.net/DANIEL_DONI/kumpulan-kasus-human-resources-management-by-daniel-doni-sundjojo?from_action=save 

Motivasi Kerja

By : Rizki Candra Irawan


Nama   : Rizki Candra Irawan
Kelas   : 3PA11
NPM   : 19514612     

Di dalam melakukan aktivitas semua individu pasti pernah merasakan yang namanya kejenuhan, hal itu adalah hal yang wajar dikarenakan aktivitas yang dilakukannya berulang dan hanya itu-itu saja. Tak terkecuali dalam bekerja, banyak para pekerja yang merasakan kejenuhan dalam pekerjaannya dikarenakan alasan yang sama, mereka banyak menyebut kejenuhan disebabkan karena “bosen soalnya gitu-gitu aja”. Oleh karena itu perusahaan perlu untuk mengkaji tentang kejenuhan ini dengan melakukan 5K (kenaikan gaji, kemudahan akses, keselamatan kerja, kenaikan jabatan, keikhlasan) untuk kembali membuat para karyawan memiliki semangat kerja yang tinggi.
            Program 5K yang pertama adalah kenaikan gaji, tentu telah menjadi hal yang sangat lumrah dalam suatu pekerjaan bahwa reward yang lebih besar akan membuat seseorang terdorong sehingga memiliki motif untuk bekerja dengan lebih giat lagi, tentu hal ini akan lebih memacu para karyawan karena kualitas hidup ditentukan dengan gaji seseorang.
            Program 5K yang kedua adalah kemudahan akses, apa itu kemudahan akses ? kemudahan akses adalah saat dimana para karyawan meminta hak mereka, seperti hak untuk cuti dikarenakan hamil atau sakit, hak untuk mengembangkan ide dan gagasannya. Tentu dengan kemudahan yang diberikan oleh perusahaan terhadap para karyawannya akan membuat para karyawan lebih menghargai dirinya di pekerjaan tersebut yang membuat karyawan tersebut dapat terus memiliki motivasi kerja yang tinggi.
            Program 5K yang ketiga adalah keselamatan kerja, mengapa keselamatan kerja ? dalam suatu pekerjaan perusahaan yang kurang memperhatikan karyawan yang mengalami kecelakaan kerja seperti tidak diberikan jaminan keselamatan tentu akan menjadi perusahaan yang kurang di hormati oleh para karyawannya. Berbeda halnya dengan perusahaan yang memberikan jaminan keselamatan kerja kepada para karyawannya, seperti kartu berobat, uang tambahan untuk berobat, kemudahan dalam pengobatan apabila terjadi kecelakaan kerja, tentu dengan hal ini para karyawan akan lebih menghargai perusahaanya tersebut dan tetap memiliki motivasi yang tinggi dikarenakan perusahaan dan para karyawan saling menghormati satu sama lain.
            Program 5K yang keempat adalah kenaikan jabatan, memang benar bahwa dalam kenaikan jabatan dibutuhkan spesifikasi yang memungkinkan untuk seseorang lanjut menduduki jabatan yang lebih tinggi, akan tetapi dengan adanya kenaikan jabatan para karyawan yang bersangkutan akan bersaing untuk mendapatkan kursi kosong di jabatan tersebut, tentu harus bersaing dengan cara yang sehat, karena persaingan yang sehat inilah maka akan membuat para karyawan memiliki motivasi yang tinggi.
            Program 5K yang kelima adalah keikhlasan, mengapa keikhlasan ? dalam bekerja tidak ada pegawai yang sangat sempurna dalam pekerjaannya, pasti ada satu atau dua kesalahan yang karyawan buat, oleh karena itu konsep keikhlasan ini sangat dibutuhkan, dibandingkan harus memberikan punishment yang tentu akan membuat seseorang tertekan, lebih baik diberikan intervensi yang halus dan menerapkan konsep keikhlasan ini. Karena perusahaan yang sangat rendah diri inilah yang membuat para karyawan akan terus memiliki motivasi kerja yang tinggi dan mereka tidak perlu lagi takut untuk membuat kesalahan, karena kesalahan adalah awal keberhasilan.

Perencanaan dan Pengembangan Karir

By : Rizki Candra Irawan


Nama   : Rizki Candra Irawan
Kelas   : 3PA11
NPM   : 19514612
A.    Pengertian perencanaan karir
            Suatu perencanaan tentang kemungkinan-kemungkinan bagi seorang karyawan dan anggota suatu organisasi sebagai individu untuk meniti proses kenaikan pangkat dan jabatan sesuai persyaratan jabatan dan kemampuannya.
1.      Perencanaan karir individual
Bagi pegawai, perencanaan karir ditingkat organisasi tidak akan dianggap penting bila ada sangkut pautnya dengan karir sipegawai tersebut. Karena itu, perencanaan karier di tingkat organisasi harus bisa “diterjemahkan” menjadi perencanaan karier di tingkat individu pegawai.
Secara umum tahap perencanaan karier terdapat 5 tahapan  yaitu pertumbuhan, penjajakan, pemantapan, pemeliharaan dan kemunduran. Pengelompokan itu didasarkan pada usia.Dalam tahap pertumbuhan dialami oleh mereka yang berusia dibawah 15 tahun. Tahap ini di akhiri dengan adanya konsep tentang minat dan kemampuan dan mulai berfikir tentang alternative keahlian.
Dalam usia 15 sampai 24 tahun, seseorang berada dalam tahap penjajakan. Dalam usia ini, mereka mulai menggali beberapa keahlian secara serius dan mulai mencoba untuk bekerja.
Pada usia 24 sampai 44 tahun, seseorang berada dalam tahap pemantapan. Mereka secara terus menerus melakukan pengujian terhadap kemampuan yang dimilikinya dan mencoba untuk melakukan pekerjaan yang sesuai dengan minat dan bakatnya.
Dari usia 45 hingga 65, seseorang sudah berada dalam tahap pemeliharaan yang artinya ia tidak lagi berusaha untuk mencari pekerjaan yang baru, melainkan akan mempertahankan pekerjaan yang sekarang.
Perencanaan karir individual meliputi :
1.      Penilaian diri untuk menentukan kekuatan, kelemahan, tujuan, aspirasi, preferensi, kebutuhan, ataupunjangka karirnya (career anchor)
2.      Penilaian pasar tenaga kerja untuk menentukan tipe kesempatan yang tersedia baik di dalam maupun di luar organisasi
3.      Penyusunan tujuan karir berdasarkan evauasi diri
4.      Pencocokan kesempatan terhadap kebutuhan dan tujuan serta pengembangan strategi karir
5.      Perencanaan transisi karir
2.      Perencanaan karir organisasi
Perencanaan Karir Organisasional (Organizational Career Planning) mengintegrasikan kebutuhan SDM dan sejumlah aktivitas karir dengan lebih menitikberatkan pada jenjang atau jalur karir (career path).
Perencanaan karier di tingkat organisasi dilakukan dengan tujuan untuk mengadakan atau mengidentifikasi hal-hal berikut:
a.       Profil kebutuhan pegawai.
b.      Deskripsi jabatan/pekerjaan.
c.       Peta jalur karier.
d.      Mekanisme penilaian kinerja pegawai.
3.      Tujuan perencanaan karir (menurut dillard (1985:3))
a.       Memperoleh kesadaran dan pemahaman diri (acquring self awareness)
Penilaian kekuatan dan kelemahan individu merupakan langkah penting dalam perencanaan karir. Salah satu penilaian memungkinkan individu untuk lebih memahami diri sendiri yang berhubungan dengan tujuan dan rencana karir. Hasil penilaian ini akan memungkinkan individu untuk realistis dalam mengevaluasi diri sendiri dan membantu atau menerapkan karir secara tepat. Pengetahuan untuk perencanaan karir dapat menghindari ketidakpuasan, kekecewaan, dan ketidakbahagiaan melalui kesadaran diri yang akurat. Dengan memahami diri sendiri, individu dapat mencapai kecerdasan kearah efisien dalam kehidupannya dan dapat mulai mengelola kesulitan yang mungkin terjadi dalam hidupnya. Akhirnya, dengan individu lebih memahami dan menerima diri sendiri, individu dapat membangun landasan dalam memahami dan menerima orang lain.
b.      Mencapai kepuasan pribadi
Mencapai kepuasan karir secara pribadi adalah salah satu tujuan dalam perencanaan karir. Individu menghabiskan sebagian besar kehidupannya dengan bekerja, individu harus memilih karir yang menghasilkan keuntungan tertinggi dalam kepuasan pribadi. Individu mungkin lebih suka dalam kegiatan karir yang mirip dengan minat individu atau yang memberikan perasaan emosional dan atau kesenangan fisik. Untuk memperoleh kepuasan dari pekerjaan, individu harus memahami persyaratan karir dan mengenali minat beserta keinginannya. Jika Individu biasanya menikmati hidup, individu mungkin akan puas dengan karirnya atau, lebih spesifik lagi jika individu puas dengan kejadian sehari-hari yang berurusan dengan pekerjaan positif. Ketika individu merasa puas dengan pekerjaan, individu akan cenderung untuk mengekspresikan sikap positif terhadap aspek-aspek lain dari kehidupannya. Untuk mencapai kepuasan pribadi, individu mencari gaji atau bayaran yang lebih memadai dan hadiah yang berwujud. Faktor-faktor yang berkontribusi untuk kepuasan individu adalah kondisi bekerja, tantangan, dan hubungan interpersonal. Beberapa studi menunjukkan bahwa pekerja yang kurang terdidik, tidak terampil, dan lebih muda mengalami kepuasan kerja kurang dari pada pekerja profesional, pekerja teknik, pekerja kantor, dan pemilik bisnis yang independen.
c.       Mempersiapkan diri untuk memperoleh penempatan dan penghasilan yang sesuai (preparing for adequate placement).
individu yang akan mencari pekerjaan harus dirancang secara khusus. Selama perencanaan karir, individu mungkin ingin menghindari daerah-daerah yang memberikan peluang terbatas atau tidak sesuai dengan minatnya. Hal ini sama pentingnya untuk menginvestasikan waktu dan energi ini dengan karir individu mengidentifikasi tanpa melampaui batas kemampuan individu. Sepanjang       perencanaan karir, fokus perhatian orang-orang adalah pada karir cocok yang paling untuk individu. Menilai aset dan kewajiban serta membandingkannya dengan persyaratan untuk berbagai jenis karir. Pendekatan seperti ini akan membantu individu menemukan karir dan individu akan cukup siap menerima karir tersebut.
d.      Efisiensi usaha dan penggunaan waktu (efficiently using time and effort).
Tujuan lain perencanaan karir adalah untuk memungkinkan individu untuk secara sistematis memilih karir. Perencanaan sistematis akan membantu menghindari metode uji coba (trial-and-error) dan membantu menghabiskan lebih banyak waktu bekerja ke arah tujuan lain. Individu dapat menggunakan waktu secara efisien untuk mempelajari diri sendiri dalam kaitannya dengan berbagai pilihan karir. Umumnya, orang-orang yang telah berpartisipasi dalam perencanaan karir lebih puas dengan karir mereka dan tetap aktif bekerja lebih lama daripada mereka yang tidak melakukan perencanaan karir.
4.      Unsur-unsur perencanaan karir
a.       Penilaian individu tentang kemampuan, minat, kebutuhan karir dan tujuan
b.      Penilaian organisasi tentang kemampuan dan kesanggupan pegawai
c.       Komunikasi informasi mengenai kebebasan memilih dan kesempatan karir pada organisasi
d.      Penyuluhan karir untuk menentukan tujuan-tujuan realistik dan rencana untuk pencapaiannya.
5.      Faktor-faktor perencanaan karirn (winkel, 1997)
a.       Nilai-nilai kehidupan, yaitu ideal-ideal yang dikejar oleh seseorang dimanapun dan kapapun. Nilai-nilai menjadi pedoman dan pegangan dalam hidup dan sangat menentukan gaya hidup. Refleksi diri terhadap nilai-nilai kehidupan akan memperdalam pengetahuan dan pemahaman akan diri sendiri yang berpengaruh terhadap gaya hidup yang akan dikembangkan termasuk di dalamnya jabatan yang direncanakan untuk diraih.
b.      Keadaan jasmani, yaitu ciri-ciri fisik yang dimiliki seseorang. Untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu berlakulah berbagai persyaratan yang menyangkut ciri-ciri fisik.
c.       Masyarakat, yaitu lingkungan sosial-budaya dimana orang dibesarkan. Lingkungan ini luas sekali dan berpengaruh besar terhadap pandangan dalam banyak hal yang dipegang teguh oleh setiap keluarga, yang pada gilirannya menanamkannya pada anak-anak. Pandangan ini mencakup gambaran tentang luhur rendahnya aneka jenis pekerjaan, peranan pria dan wanita dalam kehidupan masyarakat, dan cocok tidaknya suatu pekerjaan untuk pria dan wanita.
d.      Keadaan sosial ekonomi negara atau daerah, yaitu laju pertumbuhan ekonomi yang lambat atau cepat, stratifikasi masyarakat dalam golongan sosial ekonomi, serta diversifikasi masyarakat atas kelompok-kelompok yang terbuka atau tertutup bagi anggota dari kelompok lain.
e.       Posisi anak dalam keluarga. Anak yang memiliki saudara kandung yang lebih tua tentunya akan meminta pendapat dan pandangan mengenai perencanaan karir sehingga mereka lebih mempunyai pandangan yang lebih luas dibandingkan anak yang tidak mempunyai saudara yang lebih tua.
f.       Taraf sosial-ekonomi kehidupan keluarga, yaitu tingkat pendidikan orang tua, tinggi rendahnya pendapatan orang tua, jabatan orang tua, daerah tempat tinggal dan suku bangsa. Anak-anak berpartisipasi dalam status sosial ekonomi keluarganya. Status ini akan ikut menentukan tingkat pendidikan sekolah yang dimungkinkan, jumlah kenalan pegangan kunci bagi beberapa jabatan tertentu yang dianggap masih sesuai dengan status sosial tertentu.
g.      Pergaulan dengan teman-teman sebaya, yaitu beraneka pandangan dan variasi harapan tentang masa depan yang terungkap dalam pergaulan sehari-hari. Pandangan dan harapan yang bernada optimis akan meninggalkan kesan dalam hati yang jauh berbeda dengan kesan yang timbul bila mendengarkan keluhan-keluhan.
h.      Pendidikan sekolah, yaitu pandangan dan sikap yang dikomunikasikan kepada anak didik oleh guru bimbingan dan konseling serta tenaga pengajar mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam bekerja, tinggi rendahnya status sosial, jabatan, dan kecocokan jabatan tertentu untuk anak laki-laki dan perempuan.
i.        Gaya hidup dan suasana keluarga, serta status perkawinan orang tua, yaitu dalam kondisi keluarga yang bagaimana anak dibesarkan. Apakah mendukung atau tidak mendukung, semua itu akan mempengaruhi anak dalam merencakan dan membuat keputusan tentang pendikan lanjutan maupun pekerjaan di masa mendatang.

B.     Pengertian pengembangan karir
Menurut Veitzhal Rivai (2003:290) mendefinisikan pengembangan karir adalah sebagaiberikut:
"Pengembangan karir adalah proses peningkatan kemampuan kerja individu yang
dicapai dalam rangka mencapai karir yang diinginkan".
1.      Tujuan pengembangan karir
Adapun tujuan pengembangan karir yang dikemukakan oleh Andrew J. Dubrin
(1982:198) yang dikutip oleh Anwar Prabu Mangkunegara (2000:77) adalah sebagai berikut:
a.       Membantu dalam pencapaian tujuan individu dan perusahaan.
Pengembangan karir membantu pencapaian tujuan perusahaan dan tujuan individu. Seorang pegawai yang sukses dengan prestasi kerja sangat baik kemudian menduduki posisi jabatan yang lebih tinggi, hal ini berarti tujuan perusahaan dan tujuan individu tercapai.
b.      Menunjukkan hubungan kesejahteraan pegawai.
Perusahaan merencanakan karir pegawai dengan meningkatkan kesejahteraannya agar pegawai lebih tinggi loyalitasnya.
c.       Membantu pegawai menyadari kemampuan potensi mereka.
Pengembangan karir membantu menyadarkan pegawai akan kemampuannya untuk menduduki suatu jabatan tertentu sesuai dengan potensi dan keahliannya.
d.      Memperkuat hubungan antara pegawai dan perusahaan.
Pengembangan karir akan memperkuat hubungan dan sikap pegawai terhadap perusahaannya.
e.       Membuktikan tanggung jawab sosial.
Pengembangan karir suatu cara menciptakan iklim kerja yang positif dan pegawai-pegawai menjadi lebih bermental sehat.
f.       Membantu memperkuat pelaksanaan program-program perusahaan.
Pengembangan karir membantu program-program perusahaan lainnya agar tujuan perusahaan tercapai.
g.      Mengurangi turnover dan biaya kepegawaian.
Pengembangan karir dapat menjadikan turnover rendah dan begitu pula biaya kepegawaian menjadi lebih efektif.
h.      Mengurangi keusangan profesi dan manajerial
Pengembangan karir dapat menghindarkan dari keusangan dan kebosanan profesi dan manajerial.
i.        Menggiatkan analisis dari keseluruhan pegawai.
Pengembangan karir dimaksudkan mengintegrasikan perencanaan kerja dan kepegawaian.
j.        Menggiatkan suatu pemikiran (pandangan) jarak waktu yang panjang.
Pengembangan karir berhubungan dengan jarak waktu yang panjang. Hal ini karena penempatan suatu posisi jabatan memerlukan persyaratan dan kualifikasi yang sesuai dengan porsinya.
2.      Unsur-unsur pengembangan karir
Dalam kaitan ini, Edwin B. Flippo menyebutkan adanya 3 (tiga) unsur yang harus
diperhatikan dalam langkah penyusunan program pengembangan karir, seperti yang dikutip oleh Bambang Wahyudi (2002:163) yaitu:
a.       Menaksir kebutuhan karir (Career need assessment)
Karir bagi seseorang merupakan suatu unsur yang sangat penting dan bersifat sangat pribadi dalam kehidupannya. Dalam penyusunan program pengembangan karir, menaksir kebutuhan karir secara individual ini merupakan unsur pertama yang dikatakan lebih dahulu, karena justru unsur inilah sebenarnya yang akan sangat berpengaruh terhadap terwujudnya sasaran utama dari program pengembangan karir, yaitu memelihara sumber daya manusia yang ada agar tetap memiliki kemauan kerja dalam organisasi dengan intensitas yang cukup tinggi.
b.      Kesempatan karir (Career opportunities)
Setelah tenaga kerja didorong untuk menentukan kebutuhan karirnya, maka sudah sewajarnya apabila diikuti dengan tanggung jawab untuk menggambarkan kesempatan karir yang ada didalam organisasi yang bersangkutan. Dengan informasi tentang kesempatan karir yang ada dalam organisasi, maka setiap tenaga kerja dan calon tenaga kerja mengetahui dengan jelas berbagai kemungkinan jabatan yang dapat didudukinya.
c.       Penyesuaian kebutuhan dan kesempatan karir (Need – opportunity alignment)
Apabila kedua unsur terdahulu, yaitu kebutuhan karir dari tenaga kerja dan kesempatan karir yang tersedia telah dapat ditetapkan, maka yang harus dilakukan adalah mengadakan penyesuaian diantara kedua kepentingan tersebut. Dalam pelaksanaannya, penyesuaiantersebut dapat dilakukan dengan bantuan program mutasi tenaga kerja atau program pelatihan dan pembangunan tenaga kerja.
3.      Faktor-faktor pengembangan karir
Menurut Sondang P. Siagian (2006:215) faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan karir seorang karyawan adalah:
a.       Prestasi Kerja
Faktor yang paling penting untuk meningkatkan dan mengembangkan karir seorang karyawan adalah pada prestasi kerjanya dalam melakukan tugas yang dipercayakan kepadanya. Tanpa prestasi kerja yang memuaskan, sukar bagi seorang pekerja untuk diusulkan oleh atasannya agar dipertimbangkan untuk dipromosikan ke pekerjaan atau jabatan yang lebih tinggi di masa depan.
b.      Pengenalan oleh pihak lain
Adalah berbagai pihak yang berwenang memutuskan layak tidaknya seseorang dipromosikan seperti atasan langsung danpimpinan bagian kepegawaian yang mengetahui kemampuan dan prestasi kerja seorang pegawai.
c.       Kesetiaan pada organisasi
Merupakan dedikasi seorang karyawan yang ingin terus berkarya dalam organisasi tempatnya bekerja untuk jangka waktu yang lama.
d.      Pembimbing dan sponsor
Pembimbing adalah orang yang memberikan nasehat-nasehat atau saran-saran kepada karyawan dalam upaya mengembangkan karirnya. Sedangkan sponsor adalah seseorang di dalam institusi pendidikan yang dapat menciptakan kesempatan bagi karyawan untuk mengembangkan karirnya.
e.       Dukungan para bawahan
Merupakan dukungan yang diberikan para bawahan dalam bentuk mensukseskan tugas manajer yang bersangkutan.
f.       Kesempatan untuk bertumbuh
Merupakan kesempatan yang diberikan kepada karyawan untuk meningkatkan kemampuannya, baik melalui pelatihan-pelatihan, kursus, dan juga melanjutkan jenjang pendidikannya.
g.      Pengunduran diri
Merupakan keputusan seorang karyawan untuk berhenti bekerja dan beralih ke institusi pendidikan lain yang memberikan kesempatan lebih besar untuk mengembangkan karir.
REFERENSI
Dillard, J.M. (1985). Life long career planning. Ohio: Charles E. Merrill Publishing Co.
Winkel. (1997). Bimbingan dan konseling di institusi pendidikan. Jakarta: Grasindo.

- Copyright © Angel Become the Devil - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -