- Back to Home »
- kasus masalah sdm
Posted by : Rizki Candra Irawan
Selasa, 24 Januari 2017
Nama : Rizki Candra Irawan
Kelas : 3PA11
NPM : 19514612
Masalah Organisasi
Kasus Hotel Unicorn
Hotel Unicorn adalah
hotel bintang tiga yang berada di kota Surabaya, Jawa Timur. Hotel Unicorn
memiliki 400 kamar yang terdiri dari kamar standart, deluxe, dan suite. Occupancy
hotel tersebut cukup tinggi, rata-rata sekitar 70% setiap harinya, bahkan untuk
waktu-waktu tertentu occupancy hotel tersebut mencapai 100%, sedangkan
keuntungan bersih hotel tersebut, rata-rata mencapai Rp. 500 juta setiap
bulannya. Namun dibalik semua itu, Hotel tersebut sangat tidak nyaman bagi
karyawannya. Di Hotel tersebut, karyawan benarbenar dibuat frustasi oleh gaji
yang kecil, makanan yang kurang layak untuk dimakan, serta perencanaan karir
yang tidak jelas lantaran Direksi yang juga pemilik seringkali menurunkan
jabatan seseorang, atau bahkan mengeluarkan seseorang hanya karena alasan pribadi.
Seseorang yang menjabat sebagai seorang Asisten Manager, bisa jadi langsung
diturunkan menjadi seorang staff Houseekeeping, lantaran berbuat kesalahan pada
direksi hotel tersebut, namun, di sisi lain, seorang staff biasa pun dapat langsung
melejit menjadi seorang Manager hanya dalam hitungan minggu apabila dekat
dengan Direksi. Sementara itu, Human Resources Development Manager yang
semestinya menjadi orang yang paling berwenang dalam mengelola Sumber Daya
Manusia di Hotel itu justru menjadi macan ompong yang tidak dapat berbuat apa-apa,
karena seluruh kebijakan di Hotel tersebut diintervensi oleh Direksi yang juga
pemilik Hotel tersebut, termasuk kebijakan HRM. Di Hotel Unicorn, kebijakan HRM
sangatlah parah, di sana, mayoritas karyawan masih berstatus daily worker (dibayar
setiap kedatangan), serta sudah menjadi rahasia umum, kalau di Hotel tersebut,
sangat dihindari untuk mengangkat karyawan tetap, paling bagus setelah 2 kali
masa kontrak, karyawan tersebut dengan cara apapun berusaha untuk dikeluarkan,
entah dipindah ke bagian yang dia tidak suka atau dicari-cari kesalahannya. Akibatnya,
banyak orang-orang yang memiliki kompetensi serta integritas tinggi akhirnya
memilih mengundurkan diri dari hotel tersebut. Selain itu banyak juga karyawan
yang berkeluh kesah karena tidak jelasnya nasib mereka di Hotel tersebut, namun
untuk keluar dari Hotel tersebut mereka juga tidak berani lantaran mayoritas
dari mereka sudah tua dan memiliki keluarga, apalagi di jaman sekarang cukup
sulit bagi seseorang untuk mencari pekerjaan. Berbagai hal sudah pernah
ditempuh termasuk menempuh jalur ke instansi yang berwenang, namun semuanya berjalan
buntu, karena direksi menggunakan paradigma “ Take it or leave it”,” apabila
tidak puas dengan konsisi tersebut, anda dapat mengundurkan diri kapan saja,
dan tentu saja tanpa pesangon , karena anda mengundurkan diri, bukan saya
pecat.” begitu pernyataan direksi yang sering dilontarkan setiap ada karyawan
yang merasa tidak puas dengan kondisi kerja di Hotel tersebut. Hal ini membuat
karyawan, yang mayoritas berasal dari desa menjadi ciut nyalinya. Akhirnya
diantara karyawan tersebut, ada golongan yang pasrah dengan keadaan tersebut
dan bekerja ala kadarnya saja, ada golongan yang memilih mencari pekerjaan paruh
waktu ataupun bisnis sambilan seperti membuka warung, ada golongan ekstrim yang
seringkali memilih bersikap keras, sedangkan golongan yang memiliki motivasi
dan integritas yang tinggi tidak pernah bertahan lama karena frustasi dan memilih
mengundurkan diri. . Namun hal itu tidak membuat Direksi berubah, justru
menurutnya, ketika system sudah kokoh, maka tidak masalah siapa yang memegang
kendali, karyawan, dari level manapun boleh saja keluar masuk, namun sistem
tetap berjalan, dan profit terus meningkat, begitu falsafah Direktur.
Analisa Kasus
Jika dilihat kasus
diatas masuk kedalam kategori kasus msdm yaitu masalah organisasi, kebijakan
yang dilakukan oleh direktur yang menurut saya sangat idealis dan sangat
menekankan pada hubungan pribadi banyak merugikan orang-orang disekitarnya
termasuk para karyawannya, keidealisannya yang terus mempertahankan
pandangannya yaitu “take it or leave it” sangat membuat para karyawan tertekan
oleh karena itu banyak dari mereka yang memilih keluar, mencari pekerjaan
sampingan atau terus bekerja karena terpaksa. Selain itu direktur juga sangat
menekankan pada hubungan pribadinya terhadap karyawannya, terlihat dari kasus
diatas yaitu direktur tak akan segan segan menurunkan jabatan seseorang jika ia
memiliki sedikit saja masalah terhadap orang itu, walaupun dia memiliki
kompetensi yang tinggi, sebaliknya direktur akan menaikan pangkat seseorang
jika orang tersebut sangat akrab padanya, walaupun kompetensinya biasa biasa
saja. analisis saya soal kasus ini adalah, ketiddakberanian para karyawan untuk
melakukan pemberontakan secara halus dan pandangan yang salah dari direktur
akan membuat kondisi dari hotel tersebut menjadi tidak kondusif, hal yang harus
dilakukan menurut analisis saya adalah dengan jalur musywarah dimana
mempertemukan karyawan yang tidak menyukai pandangan direktur dan direktur,
untuk mendapatkan jalan tengah yang sama sama menguntungkan kedua pihak, hal
ini harus dilakukan karena bukan semata mata untuk kepentingan pribadi tetapi
untuk kepentingan hotel unicorn itu sendiri.
Sumber :
http://www.slideshare.net/DANIEL_DONI/kumpulan-kasus-human-resources-management-by-daniel-doni-sundjojo?from_action=save
Sumber :
http://www.slideshare.net/DANIEL_DONI/kumpulan-kasus-human-resources-management-by-daniel-doni-sundjojo?from_action=save